Kita akan bertemu, lalu Kita akan buat kisah berdua tanpa seorang pun yang tahu.
AKU KAN DAKU
JADILAH SAJA DIRIMU SEBAIK-BAIKNYA DARI DIRIMU SENDIRI
Jumat, 27 Mei 2016
Ekspektasi
Dia berkata jika dia punya seperti yang aku punya maka dia akan punya banyak. Namun aku tidak butuh banyak, aku hanya membutuhkan satu. Namun, satu itu tidak pernah ada hingga saat ini.
Minggu, 27 Desember 2015
Bola itu Bundar (Seikat Cerita dari Tanah Lampung)
Pagi
itu panas terik amat menyengat di Stadion Sumpah Pemuda, Way Halim, Kota Bandar
Lampung. Sepi memang, yang terdengar hanyalah teriakan dari pinggir lapangan.
Terasa aneh memang, mengharapkan ada penonton yang datang pun itu hampir tak
mungkin. Meskipun pertandingan pagi itu bertajuk semifinal Liga Pendidikan
Indonesia Tingkat SMP Provinsi Lampung, namun mungkin tim yang bermain kurang
menarik untuk dilihat. Singkat cerita, mungkin tidak ada yang menduga Kami bisa
melaju hingga fase semifinal.
Permainan Kami biasa-biasa saja, hanya mengandalkan bola-bola long pass langsung ke striker. Namun, mungkin tradisi
berbicara disini. Sepakbola itu mengenal tradisi. Ya, meskipun permainan Kami
biasa-biasa saja tetapi tradisi daerah Kami di dunia kulit bundar khususnya di
Lampung amatlah kuat. Prokimal, itu nama daerah Kami. Sebuah daerah yang
merupakan proyek pemukiman TNI AL di sebelah utara Provinsi Lampung. Dulu
sebelum Kami, kakak-kakak Kami pernah menjuarai Piala Pelajar Lampung empat
kali berturut-turut. Yang menahkodai tim kala itu pun adalah orang yang sama
dengan yang menahkodai Kami, yaitu bapak Prastianto atau lebih sering dikenal
pak Yanto. Beliau telah melatih sepakbola di daerah kami sejak tahun 1976.
Terlepas
dari pertandingan semifinal pertama yang mempertemukan Kami dengan tim tuan
rumah yang mungkin kurang menarik untuk dilihat. Mungkin berbeda dengan
pertandingan semifinal yang kedua nanti, mungkin akan banyak yang datang untuk
melihat karena tim yang bermain adalah “Barcelona”. Tapi bagiku pertandingan
kedua nanti tidak menarik, karena sudah dapat dipastikan siapa yang menjadi
pemenangnya. Bagiku yang lebih menarik adalah pertandingan pagi itu, ya,
pertandinganku.
Pagi
itu Kami siap berperang, tidak ada beban dalam diri Kami. Dengan penuh percaya
diri, Kami sudah tahu jika besok surat kabar lokal akan memberitakan kemenangan
Kami atas tim tuan rumah. Jelas saja Kami percaya diri, lihat saja di penjaga
gawang ada David. David, ayahnya merupakan orang “pintar” di daerahku. Sebelum
dia berangkat bermain sepakbola dia dibekali kekuatan oleh ayahnya. Di posisi stopper ada Deky dan Dayat. Deky, pemain
yang keras, tanpa kompromi, dan agak tempramen. Didampingi oleh Dayat, pemain
belakang yang tenang menghanyutkan dengan skill
mumpuni dan kekuatan bertahan yang dimilikinya sangat baik. Di fullback sebelah kanan ada Fernando.
Pemain yang sering dipanggil Nando atau Batak. Meskipun kakinya “pengkor”
tetapi dia adalah pemain yang memiliki kekuatan bertahan dan menyerang dari
sisi kanan. Sementara itu, di fullback
sebelah kiri ditempati oleh Idaw. Tidak ada yang meragukan kekuatannya, karena
sepulang sekolah sebelum berlatih sepakbola dia membantu orang tuanya “ngarit”
mencarikan “ramban” untuk kambing-kambing miliknya. Masuk ke barisan lapangan
tengah, winger sebelah kanan dan
sebelah kiri tidak ada pemain yang reguler
dimainkan, selalu berganti-ganti. Sementara di “jantung permainan” atau
“otaknya permainan” ada Afit dan Aku. Afit, bermain di posisi gelandang
bertahan, dia merupakan pemain dengan daya juang yang tinggi. Sementara Aku
menempati posisi playmaker atau para
seniman asal Italia sering menyebutnya trequarista.
Tidak ada yang istimewa dariku, biasa-biasa saja. Namun, entah mengapa Aku
menjadi pemain yang diandalkan pelatih untuk melakukan tugas permainan long
pass langsung ke striker yang menjadi senjata kami. Ya, memang Aku biasa-biasa
saja, tetapi mungkin tidak ada lagi stok pemain yang seperti Aku dalam tim kami
maka Aku yang diandalkan. Di posisi “juru gedor” ada Wendi dan il capitano tim
kami, yaitu Jamani. Wendi adalah seorang pemain cepat dengan akselerasi tinggi
dan keseimbangan yang baik. Dia bisa tiba-tiba melepaskan tembakan ke arah
gawang tanpa diduga sebelumnya. Sementara itu Jamani, tidak ada orang yang
meragukan permainannya. Segala aspek yang dibutuhkan untuk menjadi seniman
sepakbola sejati dia miliki. Oleh karena itu, jelas saja dia dipercaya sebagai
kapten di tim Kami. Dia memiliki syarat penting untuk menjadi seorang “juru
gedor” sejati, yaitu naluri mencetak gol yang sangat tinggi. Di Liga Pendidikan
Indonesia hamper setiap pertandingan dia mencetak gol, dia pun menjadi top
scorer dalam tim kami. Ada satu lagi pemain berbakat dalam tim kami yang tidak
dapat bermain karena cedera, Rizal namanya. Dia adalah pemain depan dengan
naluri gol yang sangat tinggi, bisa dibilang gaya bermainnya mirip Robin van
Persie. Dia tidak bisa ikut turun tampil setelah ditekel lawan dalam pertandingan
persahabatan tim Kami sebelum menghadapi Liga Pendidikan Indonesia.
FIFA
anthem yang dikumandangkan sebelum para pemain memasuki lapangan selalu saja bisa
membakar semangatKami. Kami melangkah memasuki lapangan dengan penuh percaya
diri. Aku lihat di tribun tidak ada penonton sama sekali.
“Ah,
mereka telah melewatkan sebuah pementasan drama yang sangat menarik “, pikirku.
Peluit
kick-off dibunyikan, benar saja kami menguasai permainan. Mungkin karena tidak
ada beban ataupun tekanan dalam diri Kami, oleh karena itu Kami dapat menguasai
permainan. Berbeda dengan tim lawan, mereka adalah tim tuan rumah. Dimana-mana
tim tuan rumah selalu dibebankan untuk menang. Di penghujung babak pertama, aku
mendapatkan bola liar hasil halauan pemain belakang tim lawan yang kurang
sempurna. Dua pemain lawan datang untuk menghalangi ruang tembakku. Tanpa berpikir panjang, dengan sekali kontrol
Aku langsung menendang bola tersebut ke arah gawang. Bola tersebut meluncur
datar, sialnya penjaga gawang masih bisa menepis tendanganku. Namun, bola melaju
liar di depan gawang. Tanpa berpikir panjang seorang predator di barisan “juru
gedor” Kami Jamani langsung menyambar bola tersebut merobek gawang tim lawan.
“Gooollll!!!”,
sorak-sorai Kami menyambut gol tersebut.
Setelah
turun minum tidak ada gol yang tercipta lagi. Ya, itu artinya Kami menang. Kami
melaju ke final. Pada saat Kami menuju ke bis untuk pulang pulang ke
penginapan, kami ditegur seorang wartawan.
“Woi,
besok lawan “Barcelona” ya”, teriak wartawan tersebut dari tribun penonton.
“Barcelona”,
yang dimaksud “Barcelona” itu adalah tim SMPN 5 Metro. Sebelumnya Kami pernah
melihat permainan mereka di O2SN setahun sebelumnya, yang akhirnya mereka
menjadi juara O2SN SMP cabor sepakbola pada saat itu. Materi pemain mereka
merata lini per lininya. Mereka merupakan pemain-pemain yang tergabung dalam
tim Passer FC asal Kota Metro yang sudah sering menjuarai kompetisi antar klub
di Kota Bandar Lampung. Benar saja, mereka menang mudah di pertandingan
semifinal yang kedua atas tim dari Lampung Tengah.
Bagi
Kami meskipun lawannya “Barcelona” pun akan Kami hadapi. Sebab Kami berasal
daerah tentara. Kami berlatih di kompleks Angkatan Laut. Kami sudah biasa hidup
disiplin, latihan tepat waktu, daya juang Kami tak perlu diragukan lagi. Kami
yakin dengan semua yang Kami miliki, tim sekelas “Barcelona” saja akan dapat
Kami atasi.
Berita
kemenangan Kami dengan cepat menyebar sampai ke sekolah yang Kami bela nama
baiknya di kompetisi ini, yaitu SMPN 6 Kotabumi. Keesokan harinya rencananya
Kepala Sekolah dan beberapa guru berkeinginan untuk ke Bandar Lampung melihat
Kami mentas di final.
Keesokan
harinya setelah sholat Jumat Kami bersiap-siap menyiapkan perlengkapan sebelum
terjun ke medan perang. Hari itu perasaanku agak sedikit berbeda. Ada semacam
rasa optimis yang menyelimuti seluruh tubuhku. Aku menjadi lebih percaya diri
namun tidak ada rasa beban sedikitpun dalam diriku.
“Hari
ini sepertinya Aku akan menjadi juara, tim Kami akan menjadi juara”, kataku
dalam diam.
Pertandingan
berjalan tidak seimbang. “Barcelona” terus menggempur Kami habis-habisan.
Namun, berbekal mengandalkan permainan long pass langsung ke striker akhirnya
Kami mencuri gol terlebih dahulu. Wendi mencetak gol setelah memanfaatkan umpan
lambung dari Jamani kemudian dengan kecepatannya dia melewati penjaga gawang
tim lawan lalu menceploskan bola ke gawang yang telah kosong melompong.
“Gooolll!!!”,
Kami sementara unggul atas “Barcelona” 1-0.
Setelah
turun minum tetap saja tidak ada perubahan, Kami terus digempur habis-habisan.
Namun, Kami memiliki pemain yang sangat berbahaya di sektor penyerangan, yaitu
Jamani. Memanfaatkan counter attack Jamani menggiring bola sendirian melewati
beberapa pemain tim lawan. Hingga akhirnya dia dilanggar di dekat kotak 16.
Tendangan bebas untuk Kami, jaraknya tidak jauh dari gawang lawan, hanya
sekitar 18 meter. Jamani mengambil bola tersebut. Dia meletakkan bola pada
posisi menembak yang nyaman. Dia mundur 3 langkah dari bola untuk mengambil
ancang-ancang. Pagar betis sudah siap untuk menghadang tembakan Jamani. Dengan
sekali mengambil napas, Jamani langsung melepaskan tembakan. Bola meluncur
dengan putaran yang sangat cepat, hanya beberapa centi di atas kepala pemain
lawan yang menjadi pagar betis, tipis sekali. Semakin menuju ke gawang
kecepatan bola semakin bertambah. Bola melaju semakin melungkung dengan putaran
yang sangat cepat. Hingga akhirnya bola meluncur mulus masuk ke sisi bawah
sebelah kanan penjaga gawang tanpa bisa dihadang.
“Gooolll!!!”,
Kami di atas angin 2-0.
Gol
itu pun akhirnya menjadi penutup drama siang itu. Kami menang, Kami menjadi
juara. Kami berhak mewakili Provinsi Lampung pada Liga Pendidikan Indonesia
Tingkat Wilayah Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan) yang digelar di Kota Palembang.
Hari
ini, 5 tahun setelah peristiwa pagi itu semuanya belum terlupakan. Posisinya
masih belum bisa tergantikan oleh kenangan manis yang lain. Itulah kenangan
manis yang pernah Kami dapatkan bersama-sama dengan perjuangan tanpa mengenal
kata lelah. Sekarang Kami telah berpisah, Kami telah menentukan jalan hidup
masing-masing saat ini. Fernando, Aku dengar Dia sekarang bekerja di Samarinda.
Rizal, aku dengar Dia sekarang bekerja di luar negeri, di Malaysia tepatnya.
Jamani sekarang berada di Bangka Belitung pergi mengikuti kedua orang tuanya. Sementara
Aku disini masih berjuang di peraduanku, sekolah yang setinggi-tingginya. Aku
tetap mengingat peristiwa pagi itu sebagai penyemangat dikala kelu mulai
meracuni diriku perlahan-lahan. Percayalah bahwa bola itu bundar.
Kamis, 24 Desember 2015
Ujian
Pada saat ujian seringkali diberi perintah untuk menemukan solusi atau penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan. Tapi, ada yang unik dari ujian. Mengapa selama ini ketika pada saat ujian tidak diperbolehkan membuka buku, buku harus ditutup! Padahal, pada kenyataannya jika ingin mencari solusi atau penyelesaian dari suatu permasalahan maka akan sulit ditemukan apabila diharuskan menutup buku, buku harus dibuka!
Lambaian Tangan
Lambaian tangan. Apakah merupakan suatu pertanda bahwa sebuah pertemuan akan segera berakhir? Tidak juga. :)
Untuk Diperbaiki
Di tempat-tempat terpencil untuk membangun mindset anak-anaknya memang agak sedikit sulit, karena mereka telah berpikiran bahwa pada akhirnya mereka akan menjadi "petani" juga.
Langganan:
Postingan (Atom)