Minggu, 27 Desember 2015

Bola itu Bundar (Seikat Cerita dari Tanah Lampung)


Pagi itu panas terik amat menyengat di Stadion Sumpah Pemuda, Way Halim, Kota Bandar Lampung. Sepi memang, yang terdengar hanyalah teriakan dari pinggir lapangan. Terasa aneh memang, mengharapkan ada penonton yang datang pun itu hampir tak mungkin. Meskipun pertandingan pagi itu bertajuk semifinal Liga Pendidikan Indonesia Tingkat SMP Provinsi Lampung, namun mungkin tim yang bermain kurang menarik untuk dilihat. Singkat cerita, mungkin tidak ada yang menduga Kami bisa melaju hingga fase semifinal. Permainan Kami biasa-biasa saja, hanya mengandalkan bola-bola long pass langsung ke striker. Namun, mungkin tradisi berbicara disini. Sepakbola itu mengenal tradisi. Ya, meskipun permainan Kami biasa-biasa saja tetapi tradisi daerah Kami di dunia kulit bundar khususnya di Lampung amatlah kuat. Prokimal, itu nama daerah Kami. Sebuah daerah yang merupakan proyek pemukiman TNI AL di sebelah utara Provinsi Lampung. Dulu sebelum Kami, kakak-kakak Kami pernah menjuarai Piala Pelajar Lampung empat kali berturut-turut. Yang menahkodai tim kala itu pun adalah orang yang sama dengan yang menahkodai Kami, yaitu bapak Prastianto atau lebih sering dikenal pak Yanto. Beliau telah melatih sepakbola di daerah kami sejak tahun 1976.
Terlepas dari pertandingan semifinal pertama yang mempertemukan Kami dengan tim tuan rumah yang mungkin kurang menarik untuk dilihat. Mungkin berbeda dengan pertandingan semifinal yang kedua nanti, mungkin akan banyak yang datang untuk melihat karena tim yang bermain adalah “Barcelona”. Tapi bagiku pertandingan kedua nanti tidak menarik, karena sudah dapat dipastikan siapa yang menjadi pemenangnya. Bagiku yang lebih menarik adalah pertandingan pagi itu, ya, pertandinganku.
Pagi itu Kami siap berperang, tidak ada beban dalam diri Kami. Dengan penuh percaya diri, Kami sudah tahu jika besok surat kabar lokal akan memberitakan kemenangan Kami atas tim tuan rumah. Jelas saja Kami percaya diri, lihat saja di penjaga gawang ada David. David, ayahnya merupakan orang “pintar” di daerahku. Sebelum dia berangkat bermain sepakbola dia dibekali kekuatan oleh ayahnya. Di posisi stopper ada Deky dan Dayat. Deky, pemain yang keras, tanpa kompromi, dan agak tempramen. Didampingi oleh Dayat, pemain belakang yang tenang menghanyutkan dengan skill mumpuni dan kekuatan bertahan yang dimilikinya sangat baik. Di fullback sebelah kanan ada Fernando. Pemain yang sering dipanggil Nando atau Batak. Meskipun kakinya “pengkor” tetapi dia adalah pemain yang memiliki kekuatan bertahan dan menyerang dari sisi kanan. Sementara itu, di fullback sebelah kiri ditempati oleh Idaw. Tidak ada yang meragukan kekuatannya, karena sepulang sekolah sebelum berlatih sepakbola dia membantu orang tuanya “ngarit” mencarikan “ramban” untuk kambing-kambing miliknya. Masuk ke barisan lapangan tengah, winger sebelah kanan dan sebelah kiri tidak ada pemain yang reguler dimainkan, selalu berganti-ganti. Sementara di “jantung permainan” atau “otaknya permainan” ada Afit dan Aku. Afit, bermain di posisi gelandang bertahan, dia merupakan pemain dengan daya juang yang tinggi. Sementara Aku menempati posisi playmaker atau para seniman asal Italia sering menyebutnya trequarista. Tidak ada yang istimewa dariku, biasa-biasa saja. Namun, entah mengapa Aku menjadi pemain yang diandalkan pelatih untuk melakukan tugas permainan long pass langsung ke striker yang menjadi senjata kami. Ya, memang Aku biasa-biasa saja, tetapi mungkin tidak ada lagi stok pemain yang seperti Aku dalam tim kami maka Aku yang diandalkan. Di posisi “juru gedor” ada Wendi dan il capitano tim kami, yaitu Jamani. Wendi adalah seorang pemain cepat dengan akselerasi tinggi dan keseimbangan yang baik. Dia bisa tiba-tiba melepaskan tembakan ke arah gawang tanpa diduga sebelumnya. Sementara itu Jamani, tidak ada orang yang meragukan permainannya. Segala aspek yang dibutuhkan untuk menjadi seniman sepakbola sejati dia miliki. Oleh karena itu, jelas saja dia dipercaya sebagai kapten di tim Kami. Dia memiliki syarat penting untuk menjadi seorang “juru gedor” sejati, yaitu naluri mencetak gol yang sangat tinggi. Di Liga Pendidikan Indonesia hamper setiap pertandingan dia mencetak gol, dia pun menjadi top scorer dalam tim kami. Ada satu lagi pemain berbakat dalam tim kami yang tidak dapat bermain karena cedera, Rizal namanya. Dia adalah pemain depan dengan naluri gol yang sangat tinggi, bisa dibilang gaya bermainnya mirip Robin van Persie. Dia tidak bisa ikut turun tampil setelah ditekel lawan dalam pertandingan persahabatan tim Kami sebelum menghadapi Liga Pendidikan Indonesia.      
FIFA anthem yang dikumandangkan sebelum para pemain memasuki lapangan selalu saja bisa membakar semangatKami. Kami melangkah memasuki lapangan dengan penuh percaya diri. Aku lihat di tribun tidak ada penonton sama sekali.
“Ah, mereka telah melewatkan sebuah pementasan drama yang sangat menarik “, pikirku.
Peluit kick-off dibunyikan, benar saja kami menguasai permainan. Mungkin karena tidak ada beban ataupun tekanan dalam diri Kami, oleh karena itu Kami dapat menguasai permainan. Berbeda dengan tim lawan, mereka adalah tim tuan rumah. Dimana-mana tim tuan rumah selalu dibebankan untuk menang. Di penghujung babak pertama, aku mendapatkan bola liar hasil halauan pemain belakang tim lawan yang kurang sempurna. Dua pemain lawan datang untuk menghalangi ruang tembakku.  Tanpa berpikir panjang, dengan sekali kontrol Aku langsung menendang bola tersebut ke arah gawang. Bola tersebut meluncur datar, sialnya penjaga gawang masih bisa menepis tendanganku. Namun, bola melaju liar di depan gawang. Tanpa berpikir panjang seorang predator di barisan “juru gedor” Kami Jamani langsung menyambar bola tersebut merobek gawang tim lawan.
“Gooollll!!!”, sorak-sorai Kami menyambut gol tersebut.
Setelah turun minum tidak ada gol yang tercipta lagi. Ya, itu artinya Kami menang. Kami melaju ke final. Pada saat Kami menuju ke bis untuk pulang pulang ke penginapan, kami ditegur seorang wartawan.
“Woi, besok lawan “Barcelona” ya”, teriak wartawan tersebut dari tribun penonton.
“Barcelona”, yang dimaksud “Barcelona” itu adalah tim SMPN 5 Metro. Sebelumnya Kami pernah melihat permainan mereka di O2SN setahun sebelumnya, yang akhirnya mereka menjadi juara O2SN SMP cabor sepakbola pada saat itu. Materi pemain mereka merata lini per lininya. Mereka merupakan pemain-pemain yang tergabung dalam tim Passer FC asal Kota Metro yang sudah sering menjuarai kompetisi antar klub di Kota Bandar Lampung. Benar saja, mereka menang mudah di pertandingan semifinal yang kedua atas tim dari Lampung Tengah.
Bagi Kami meskipun lawannya “Barcelona” pun akan Kami hadapi. Sebab Kami berasal daerah tentara. Kami berlatih di kompleks Angkatan Laut. Kami sudah biasa hidup disiplin, latihan tepat waktu, daya juang Kami tak perlu diragukan lagi. Kami yakin dengan semua yang Kami miliki, tim sekelas “Barcelona” saja akan dapat Kami atasi.
Berita kemenangan Kami dengan cepat menyebar sampai ke sekolah yang Kami bela nama baiknya di kompetisi ini, yaitu SMPN 6 Kotabumi. Keesokan harinya rencananya Kepala Sekolah dan beberapa guru berkeinginan untuk ke Bandar Lampung melihat Kami mentas di final.
Keesokan harinya setelah sholat Jumat Kami bersiap-siap menyiapkan perlengkapan sebelum terjun ke medan perang. Hari itu perasaanku agak sedikit berbeda. Ada semacam rasa optimis yang menyelimuti seluruh tubuhku. Aku menjadi lebih percaya diri namun tidak ada rasa beban sedikitpun dalam diriku.
“Hari ini sepertinya Aku akan menjadi juara, tim Kami akan menjadi juara”, kataku dalam diam.
Pertandingan berjalan tidak seimbang. “Barcelona” terus menggempur Kami habis-habisan. Namun, berbekal mengandalkan permainan long pass langsung ke striker akhirnya Kami mencuri gol terlebih dahulu. Wendi mencetak gol setelah memanfaatkan umpan lambung dari Jamani kemudian dengan kecepatannya dia melewati penjaga gawang tim lawan lalu menceploskan bola ke gawang yang telah kosong melompong.
“Gooolll!!!”, Kami sementara unggul atas “Barcelona” 1-0.
Setelah turun minum tetap saja tidak ada perubahan, Kami terus digempur habis-habisan. Namun, Kami memiliki pemain yang sangat berbahaya di sektor penyerangan, yaitu Jamani. Memanfaatkan counter attack Jamani menggiring bola sendirian melewati beberapa pemain tim lawan. Hingga akhirnya dia dilanggar di dekat kotak 16. Tendangan bebas untuk Kami, jaraknya tidak jauh dari gawang lawan, hanya sekitar 18 meter. Jamani mengambil bola tersebut. Dia meletakkan bola pada posisi menembak yang nyaman. Dia mundur 3 langkah dari bola untuk mengambil ancang-ancang. Pagar betis sudah siap untuk menghadang tembakan Jamani. Dengan sekali mengambil napas, Jamani langsung melepaskan tembakan. Bola meluncur dengan putaran yang sangat cepat, hanya beberapa centi di atas kepala pemain lawan yang menjadi pagar betis, tipis sekali. Semakin menuju ke gawang kecepatan bola semakin bertambah. Bola melaju semakin melungkung dengan putaran yang sangat cepat. Hingga akhirnya bola meluncur mulus masuk ke sisi bawah sebelah kanan penjaga gawang tanpa bisa dihadang.
“Gooolll!!!”, Kami di atas angin 2-0.
Gol itu pun akhirnya menjadi penutup drama siang itu. Kami menang, Kami menjadi juara. Kami berhak mewakili Provinsi Lampung pada Liga Pendidikan Indonesia Tingkat Wilayah Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan) yang digelar di Kota Palembang.
Hari ini, 5 tahun setelah peristiwa pagi itu semuanya belum terlupakan. Posisinya masih belum bisa tergantikan oleh kenangan manis yang lain. Itulah kenangan manis yang pernah Kami dapatkan bersama-sama dengan perjuangan tanpa mengenal kata lelah. Sekarang Kami telah berpisah, Kami telah menentukan jalan hidup masing-masing saat ini. Fernando, Aku dengar Dia sekarang bekerja di Samarinda. Rizal, aku dengar Dia sekarang bekerja di luar negeri, di Malaysia tepatnya. Jamani sekarang berada di Bangka Belitung pergi mengikuti kedua orang tuanya. Sementara Aku disini masih berjuang di peraduanku, sekolah yang setinggi-tingginya. Aku tetap mengingat peristiwa pagi itu sebagai penyemangat dikala kelu mulai meracuni diriku perlahan-lahan. Percayalah bahwa bola itu bundar.            

Kamis, 24 Desember 2015

Hasil


Salah satu bukti telah belajar adalah menemukan kesulitan-kesulitan dari apa yang telah dipelajari. 

Ujian


Pada saat ujian seringkali diberi perintah untuk menemukan solusi atau penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan. Tapi, ada yang unik dari ujian. Mengapa selama ini ketika pada saat ujian tidak diperbolehkan membuka buku, buku harus ditutup! Padahal, pada kenyataannya jika ingin mencari solusi atau penyelesaian dari suatu permasalahan maka akan sulit ditemukan apabila diharuskan menutup buku, buku harus dibuka!    

Lambaian Tangan


Lambaian tangan. Apakah merupakan suatu pertanda bahwa sebuah pertemuan akan segera berakhir? Tidak juga. :)

Untuk Diperbaiki


Di tempat-tempat terpencil untuk membangun mindset anak-anaknya memang agak sedikit sulit, karena mereka telah berpikiran bahwa pada akhirnya mereka akan menjadi "petani" juga.

Renungan


Terkadang sering bingung. Kemauan yang keras jika tidak dibarengi dengan kemampuan yang mumpuni apakah bisa menjadi sesuatu yang hebat nantinya?

Cinta Segitiga


Bumi merindukan hujan. Namun, hujan lebih memilih mengejar pelangi. Padahal, walaupun pelangi indah menawan hati, namun pelangi lebih sering menyakiti.

Rabu, 23 Desember 2015

Tidak Jelas


"Ada" seorang tokoh yang kamu ciptakan dalam ceritamu. Aku tidak mengerti mengapa aku ingin mengetahui siapa sebenarnya dia. Kurasa dia memang orang yang tepat untuk kamu tunggu waktu luangnya. :)

Sebuah Rahasia


Ketika seorang penulis tanpa sengaja bertemu dengan seorang pembaca. Penulis tersebut tidak pernah tahu jika seorang pembaca tersebut sering membaca tulisannya. Mengasyikkan, sebenarnya yang galau penulisnya atau pembacanya. Hahaha...

A


Tenanglah...., aku perindu sejatimu.

Penerang


Jika bicara masalah tentang apakah aku bisa menerangi, jujur saja saat ini aku sangat ragu akan hal itu. Masih banyak yang harus diperbaiki dariku, aku perlu belajar lebih banyak lagi. Begitu pun dirimu, jangan pernah lelah dalam perjuangan memperbaiki diri, kita sama-sama berusaha. :)

Milik mu


Setiap malam selalu bercumbu dengan bayangan. Bayanganmu, terlalu dini untuk dibicarakan sekarang.

Sang Penyabar


Harus tetap optimis!!! Aku yakin, kamu adalah seorang penyabar yang tangguh seperti aku. :)

Mulai(Lagi)


Aku mencoba memulai kembali sesuatu yang sudah aku tinggalkan cukup lama, lebih dari satu tahun yang lalu. Ya, itu semua karena dirimu, karena pertemuan siang itu. 


Selasa, 22 Desember 2015

Namamu


Bahkan sebelum kita bertemu pun aku sudah menduga lewat Namamu jika dirimu adalah orang yang hebat. Lalu, kemarin kita bertemu. Ada getar yang menumpahkan ribuan kata, jadi tak terucapkan. Memang benar saja, senyummu sudah cukup melukiskan kehebatanmu. Hmmm..., Namamu, ya Namamu, mengapa bisa sama dengan sebuah ilusi yang tercipta akibat suatu rindu yang tak jelas rimbanya. Sungguh aku tak tak bisa mengerti. Namamu..., ya Namamu..., sama.

Sepi


Saat ini mungkin amat terasa, namun biarlah waktu yang akan menjawab semuanya. Bukan maksudku untuk tidak berupaya mencari jawaban, hanya saja aku tidak ingin memungkiri takdir.